Parasite: Tragedi Simbiosis Keluarga Benalu dalam Upaya Mengakali Ketimpangan Sosial - Nara Killjoy

Nara Killjoy

Make Some Noises.

Senin, 24 Juni 2019

Parasite: Tragedi Simbiosis Keluarga Benalu dalam Upaya Mengakali Ketimpangan Sosial

Ki-woo (Choi Woo-sik) merupakan pemuda tamatan SMA yang tidak melanjutkan studi pun tidak bekerja. Ia tinggal di rumah bawah tanah (benar-benar ada di bawah permukaan tanah) dalam kompleks pemukiman kumuh bersama sang ayah Ki-taek (Song Kang-ho), ibunya Chung-sook (Jang Hye-Jin), dan saudari perempuannya Ki-jung (Park So-dam) yang ketiganya juga menganggur. Mereka mewakili kehidupan orang-orang Korea Selatan pinggiran yang miskin dan rapuh, jauh dari kesan rapi dan teratur seperti yang biasa diperlihatkan dalam drama-drama Korea. Saking miskinnya, mereka sampai bergantung pada Wi-Fi tetangga atau restoran di sekitarnya untuk sekadar mengakses aplikasi pesan singkat WhatsApp. WhatsApp itu sendiri mereka gunakan salah satunya untuk mendapatkan tawaran pekerjaan apa saja, termasuk untuk melipat kotak-kotak pizza.
Mata pencaharian keluarga Kim sebelum menjadi benalu
Kehidupan keluarga Ki yang sengsara, perlahan menemukan cahaya pengharapan. Diawali dengan hadirnya sobat karib masa SMA Woo (tidak disebutkan namanya, diperankan oleh Park Seo-joon). Sang sobat datang ke rumah keluarga Ki dengan membawa dua ihwal baik, yaitu batu besar yang dipercaya dapat membawa keberuntungan dan tawaran pekerjaan untuk Woo. Sobat Woo yang harus berangkat ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studinya menawarkan Woo untuk menggantikannya sebagai tutor Bahasa Inggris bagi anak perempuan keluarga Park. Walaupun tidak kuliah, Woo dikatakan pintar dalam Bahasa Inggris sehingga sobatnya pun mempercayakan posisi tersebut kepadanya. Dengan bantuan skill Photoshop tingkat dewa milik sang adik, Woo melenggang ke rumah keluarga Park dengan ijazah palsu karya Ki-jung.

Khasiat batu pembawa keberuntungan pemberian sang sobat ternyata cukup ampuh. Kevin, nama samaran Woo, diterima dengan tangan terbuka oleh keluarga Park. Mr. Park sendiri merupakan pengusaha muda yang kaya raya dan tinggal di rumah yang megah. Secara bertahap, Kevin mampu memperdaya keluarga Park dengan membawa Jessica, nama samaran untuk adiknya, serta seluruh keluarganya untuk masuk ke lingkungan rumah Mr. Park sebagai terapis, sopir pribadi, dan asisten rumah tangga. Tentu saja, mereka berpura-pura sebagai orang yang benar-benar tidak saling terkait satu sama lain. Ya, keluarga Ki dengan trik-trik cerdas nan liciknya sukses menjadi benalu bagi keluarga Park, induk semangnya.
Batu keberuntungan yang mengubah kehidupan keluarga Kim
Parasite merupakan film garapan sutradara ternama Bong Joon-ho yang sebelumnya membawa film The Host, Okja, dan Snowpiercer sukses di pasaran. Joon-ho menggambarkan bagaimana sangat timpangnya strata sosial antara si kaya dengan si miskin di Korea Selatan yang jarang terekspos oleh media. Si miskin digambarkan mau menghalalkan segala upaya untuk mendapatkan uang, sedangkan si kaya digambarkan memandang rendah orang-orang yang derajatnya dianggap jauh di bawah mereka. Joon-ho juga memperlihatkan bagaimana si kaya dapat hidup dengan nyaman di rumah yang megah dengan segala fasilitasnya, sedangkan si miskin harus berebut baju bekas di kamp pengungsian karena rumah mereka yang berada di bantaran kali terendam air bah akibat hujan deras. Gambaran ini sendiri merupakan salah satu bentuk kritikan keras terselubung atas ketimpangan sosial yang terjadi di negeri ginseng tersebut.

Tidak dapat dijelaskan dengan tegas apakah genre dari film ini. Penonton dibawa tertawa terbahak-bahak di awal hingga pertengahan film. Menjelang akhir, kesan mistis dan thriller yang membuat jantung berdebar cepat juga dimunculkan. Durasi 2 jam 12 menit dari film ini pun menjadi tidak terasa karena pembawaannya yang mampu membuat penonton nyaman mengikuti alur cerita. Kejeniusan Bong Joon-ho terbayar dengan dimenangkannya Palme d'Or pada ajang Festival Film Cannes 2019 di Perancis. Prestasi ini juga membawa kebanggaan bagi Korea Selatan, di mana Parasite merupakan film Korea pertama yang memenangkan penghargaan tertinggi ini. Tidak heran pula bila film ini mendapatkan sambutan yang meriah, ditandai dengan tingginya skor review di situs kenamaan macam IMDB hingga Rotten Tomatoes.
Bong Joon-ho sumringah merayakan penghargaan Palme d'Or
Apakah film ini layak ditonton? Saya sendiri sangat merekomendasikan film ini untuk masuk ke dalam daftar film yang wajib ditonton. Parasite tayang secara reguler mulai hari ini, 24 Juni 2019 di jaringan bioskop CGV, Cinemaxx, dan Flix. Sangat disayangkan memang mendapati film ini tidak hadir dalam jaringan bioskop terbesar di Indonesia, Cinema 21. Jika daerah kalian tidak terkover jaringan CGV, Cinemax, maupun Flix, kalian harus menerima dengan lapang dada sembari menunggu versi blu-ray-nya ataupun versi streaming via jaringan Netflix dan sebangsanya. Sebisa mungkin, hindari menonton melalui situs streaming bajakan, ya! Ingat, pembuatan film merupakan proses panjang nan mulia yang menciptakan jutaan lapangan pekerjaan serta menghabiskan banyak biaya. Hargailah jerih payah mereka dengan menonton langsung di bioskop atau membeli CD aslinya. Jika pun terpaksa menonton versi bajakan, simpan itu untuk diri kalian sendiri. Kalian tidak perlu dan tidak patut bangga akan kejahatan tersebut, kan? Satu frase penutup dari saya, Parasite, phenomenally exquisiteHappy watching!
Cheers!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar