Akhir-akhir ini Jakarta kembali menjadi sorotan. Situs layanan pemetaan polusi udara asal Swiss, AirVisual menempatkan Jakarta sebagai runner
up kota dengan tingkat polusi terburuk. Di situs tersebut, secara konsisten
Jakarta selalu memperoleh penilaian kualitas udara dengan kategori Unhealthy/tidak
sehat. Dalam kategori ini, aktivitas di luar ruangan sangat dianjurkan untuk
dihindari serta pemakaian masker dan alat pemurnian udara sangat diwajibkan.
Hal ini tentunya menimbulkan keresahan bagi warga serta komuter yang ada di Jakarta. Berdasarkan pengamatan lebih lanjut, peringkat kualitas
udara yang terdapat di halaman utama situs AirVisual, selain mengurutkan berdasarkan
tingkat polusi terburuk, juga memperhatikan popularitas kota. Jadi, walaupun situs
tersebut menampilkan Jakarta sebagai runner up kota dengan polusi udara
terburuk, sebenarnya masih ada kota di Indonesia yang kualitas udaranya lebih
buruk lagi. Sebut saja Bekasi, Cikarang, Tangerang, hingga Tangerang Selatan.
Bahkan Bekasi beberapa kali mendapatkan penilaian Very Unhealthy/sangat
tidak sehat untuk kualitas udaranya.
Sebelum lanjut, ada baiknya kita berkenalan terlebih dahulu dengan AQI atau Air
Quality Index. AQI merupakan suatu sistem yang mentranslasikan
pengukuran polutan-polutan di udara yang tergolong rumit menjadi ukuran skala yang lebih mudah
dimengerti. Indeks AQI berskala antara angka 0 sampai dengan 500, di mana semakin
tinggi angka indeks menandakan semakin tinggi pula level polutan di udara, yang
menggambarkan buruknya kualitas udara di suatu lokasi. Sebagai rujukan, udara
dengan indeks 0-50 dikategorikan sebagai “Good”, 51-100 dikategorikan “Moderate”,
100-150 dikategorikan “Unhealthy for Sensitive Groups”, 151-200
dikategorikan “Unhealthy”, 201-300 dikategorikan “Very Unhealthy”,
dan indeks 301-500+ dikategorikan “Hazardous” (penjelasan lebih detail
mengenai indeks dapat dibaca di
sini).
Kategori kualitas udara berdasarkan AQI |
Buruknya kualitas udara Jakarta diamini oleh warga Twitter yang ramai-ramai
membagi foto polusi udara dengan menggunakan hashtag #SetorFotoPolusi. Dari
foto-foto yang dibagikan, secara kasat mata pun terlihat jelas bagaimana langit
Jakarta berwarna keabu-abuan, bahkan saat masih pagi hari sekalipun, tanda polusi
sudah memenuhi udara sekitar. Mirisnya, masih banyak orang yang tak acuh dengan
kondisi lingkungan di sekitarnya. Sebagian besar masyarakat tetap beraktivitas di
luar ruangan secara normal, meskipun menurut indeks AQI, aktivitas luar ruangan harus
dihindari. Sektor transportasi darat dipercaya sebagai biang keladi penyumbang terbesar
bagi polusi udara di Jakarta, disusul oleh industri, dan debu yang merupakan
eksternalitas negatif dari maraknya pembangunan infrastruktur.
— Varadhita Eriyadi (@dhitavarra) June 26, 2019 |
Beberapa sampel #SetorFotoPolusi di Twitter |
Walaupun bisa dikatakan bahwa polusi udara yang terhirup tidak langsung
menimbulkan dampak secara instan, dalam jangka panjang polutan-polutan tadi
dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit bagi penghirupnya. Dikutip dari dr. Irandi Putra
Pratomo, Ph.D., Sp.P., FAPSR. (@dokterparu),
dokter spesialis paru pada Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), polutan-polutan
yang terhirup dapat mengganggu proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida,
juga mengakibatkan akumulasi zat-zat berbahaya di dalam tubuh. Tubuh kemudian
beradaptasi melalui rasa sesak, batuk, nyeri dada, sakit kepala, mual, muntah,
pingsan, koma, hingga meninggal dunia.
Lebih lanjut dr. Irandi menambahkan, sistem dan organ tubuh yang terdampak
oleh polusi udara tidak hanya terbatas paru-paru dan pernapasan, tetapi juga mata, otak
dan syaraf, jantung, sistem darah dan imunitas, sistem otot dan alat gerak,
kulit, mulut dan pencernaan, organ reproduksi, dan sebagainya. Dampak polusi
tadi tidak hanya terjadi secara mendadak (akut), tetapi juga bisa terjadi
bertahun-tahun kemudian (kronik). Sehingga menjadi tidak mengherankan jika
penyakit jantung koroner, stroke, kanker paru, kanker darah, kanker kulit, dan
kemandulan semakin sering dijumpai di Indonesia, mengingat polusi udara masih
belum dapat disingkirkan.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) berupa masker sudah harus menjadi
kesadaran bagi masing-masing orang. Sayangnya, masker yang umumnya kita kenakan,
yang jamak kita beli di apotek maupun convenience store, tidak cukup
ampuh untuk melindungi kita dari bahaya laten buruknya kualitas udara Jakarta. Walaupun
mampu menyaring partikel mikroorganisme berukuran kecil, masker ini umumnya
memiliki daya lindung yang rendah sehingga tidak mampu menyaring partikel kimia, gas,
dan uap. Area sekitar hidung dan mulut juga umumnya masih terdapat celah yang
mengakibatkan debu masih bisa terhirup oleh penggunanya. Oleh sebab itu, sudah
semestinya kita yang sering melakukan aktivitas di luar ruangan untuk mulai sadar mengenakan masker yang memang dikhususkan menghalau polusi udara.
Terdapat beberapa
jenis masker yang dikhususkan untuk menghalau polusi udara. Masker-masker
tersebut diberi nama dengan kode huruf dan angka. Kode huruf N menandakan
masker tersebut tidak resisten terhadap minyak (not oil resistant), kode
huruf R menandakan masker tersebut resisten terhadap minyak (resistant to
oil), dan kode huruf P menandakan masker tersebut tahan terhadap minyak (oil
proof). Sedangkan untuk kode angka, angka 95 menandakan masker tersebut
mampu menangkal 95% partikel dengan ukuran diameter paling kecil 0.3 mikron,
angka 99 menandakan masker mampu menangkal hingga 99%, dan angka 100 menandakan
masker mampu menangkal hingga maksimal 99.97% partikel tadi. Jadi, jika kalian
membeli masker jenis N95, artinya kalian membeli masker yang mampu menangkal 95% partikel dengan ukuran diameter 0.3
mikron namun tidak resisten terhadap minyak. Tentunya, semakin tahan terhadap minyak dan semakin tinggi angka pada
masker, semakin mahal pula harga masker tersebut.
Jenis-jenis masker berdasarkan kode |
Di samping kode huruf dan angka di atas, terdapat pula tambahan kode
C dan V pada masker. Huruf C menandakan masker tersebut dilengkapi dengan filter
karbon aktif. Filter karbon aktif dapat menghalau bau menyengat, ozon, dan sulfur
dioksida. Huruf V menandakan masker tersebut dilengkapi dengan valve
untuk jalan udara keluar. Valve tersebut berfungsi untuk mencegah timbulnya
kabut dan penumpukan cairan dalam masker yang nantinya dapat mengganggu
jalannya napas. Selain memperhatikan kode-kode tadi, kita juga sebaiknya
memperhatikan ukuran masker yang akan dipakai. Masker yang terlalu sempit akan
menyebabkan rasa kurang nyaman, sedangkan masker yang terlalu longgar akan membuat
polutan-polutan terhirup masuk melalui celah antara masker dengan kulit
pengguna.
Demi perlindungan maksimal |
Dalam jangka pendek, pemerintah setempat bisa melakukan peoses pembuatan hujan buatan guna
menurunkan kadar polusi di udara. Kemudian dalam jangka panjang, diharapkan juga
kesediaan pemerintah setempat untuk menyiapkan sarana transportasi publik yang lebih ramah terhadap lingkungan, seperti armada bus TransJakarta
berbahan bakar listrik yang baru-baru ini dipamerkan. Maraknya kendaraan
berbahan bakar listrik yang rendah emisi akan menurunkan kadar polutan di udara
yang sebagian besar bersumber dari sisa pembakaran bahan bakar fosil. Tapi,
kalau pembangkit listriknya masih menggunakan batu bara sih sama saja bohong, ya. Bagi pendapat kalian di kolom komentar, ya!
Cheers!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar