Rendahnya
literasi finansial masyarakat Indonesia rupanya berbanding lurus dengan
bobroknya budaya literasi baca kita. Pada tahun 2016, Indonesia menempati urutan 2 terbawah dari
61 negara berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan PBB (UNESCO) dengan tajuk The World’s Most Literate Nations.
Literasi finansial masyarakat Indonesia sendiri ada di angka 38.03% berdasarkan
hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada
bulan November tahun lalu. Meskipun masih terbilang bobrok, terdapat peningkatan
sebesar 8.33% jika dibanding survei yang sama pada tahun 2016.
Literasi
tidak lagi diartikan sekadar kegiatan baca tulis. Kini, literasi memiliki makna
yang lebih luas dan mencakup pemahaman yang baik terhadap berbagai aspek
kehidupan. UNESCO mengartikan literasi sebagai kemampuan untuk
mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, mengkomunikasikan, dan
menghitung, menggunakan materi cetak dan tertulis yang terkait dengan berbagai
konteks. Literasi melibatkan kontinum pembelajaran dalam memungkinkan individu
mencapai tujuan mereka, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi mereka, dan
untuk berpartisipasi penuh dalam komunitas mereka dan masyarakat luas.
Kemendikbud mendefinisikan literasi finansial sebagai pengetahuan
dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko,
keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial
untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan
dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat. Sementara menurut laman Investopedia, literasi finansial merupakan kemampuan untuk
memahami dan secara efektif menerapkan berbagai keterampilan keuangan, termasuk
manajemen keuangan pribadi, penganggaran, dan investasi. Literasi keuangan
membantu individu menjadi mandiri sehingga dapat mencapai stabilitas keuangan. Singkatnya,
literasi finansial merupakan keterampilan yang mencegah seseorang untuk membuat
keputusan bodoh dengan uang mereka.
Literasi
finansial tidak sekonyong-konyong otomatis membuat kita kaya raya. Literasi
keuangan sesederhana bagaimana kita dapat bijak dalam mengatur keuangan yang
kita miliki. Pun kita tidak harus terlebih dahulu memiliki banyak uang untuk
memulai literasi keuangan. Cukup banyak sumber-sumber literasi keuangan gratis
yang dibagikan oleh berbagai macam instansi baik pemerintah melalui OJK dan kementerian/lembaga
hingga perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa keuangan. Dengan
memiliki literasi finansial dasar, kita paling tidak dapat terhindar dari yang
namanya penipuan ataupun investasi bodong.
Literasi
finansial membantu individu mampu memenuhi kebutuhannya sehingga dapat mencapai
stabilitas keuangan. Perencanaan keuangan yang efektif, mengelola utang dengan
benar, menghitung bunga (interest) dengan akurat, dan memahami nilai
waktu dari uang (time value of money) adalah karakteristik dari literasi
finansial. Prinsip utama literasi finansial termasuk mengenai bagaimana membuat
anggaran, melacak pengeluaran, melunasi utang secara efektif, dan merencanakan
masa pensiun dengan benar. Ketiadaan literasi finansial berkontribusi pada kasus
di mana seseorang dapat membuat keputusan keuangan yang buruk hingga menjadi
korban dari praktik keuangan yang curang. Berikut adalah beberapa konsep
literasi finansial yang dapat diaplikasikan.
|
Enam konsep literasi keuangan dasar yang dapat diterapkan
|
1. Membuat Anggaran
Bagi
sebagian orang, melakukan suatu aktivitas di luar rencana atau itinerary
terkesan lebih menarik dan menantang. Namun, dalam kaitannya dengan keuangan
hal seperti itu sebaiknya dihindari. Membuat rencana keuangan, yang berikutnya
akan kita sebut sebagai anggaran merupakan hal yang wajib dilakukan untuk mengontrol
masuk dan keluarnya uang kita. Dengan anggaran, kita dapat mengalokasikan
penghasilan kita untuk pos-pos prioritas seperti makan sehari-hari,
transportasi, listrik dan pulsa, asuransi, hingga pembayaran cicilan utang. Apabila
pos-pos prioritas tadi sudah terpenuhi, sisa pendapatan dapat kita alokasikan
untuk kebutuhan tabungan dan investasi serta keinginan tersier.
Jika kita
melihat secara makro melalui sebuah negara, Indonesia juga membuat anggaran
yang dikenal dengan istilah AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN ini dibuat setiap tahun untuk
kegiatan di tahun berikutnya. Secara garis besar, APBN berisi rencana besaran
pendapatan yang akan negara dapatkan dan belanja-belanja yang akan dilakukan dengan
uang pendapatan tadi. Untuk keperluan pribadi, anggaran sebaiknya dibuat setiap
bulan untuk keperluan bulan berikutnya. Dengan anggaran, kita dapat mengontrol
ke mana saja peruntukan atas setiap penghasilan kita.
2. Membuat Catatan atas Pemasukan dan Pengeluaran
Langkah
berikutnya setelah membuat anggaran adalah dengan membuat catatan rutin atas
setiap uang yang masuk dan keluar. Akan lebih baik jika catatan tersebut
dihubungkan dengan anggaran yang telah dibuat untuk mengetahui apakah terdapat
pengeluaran-pengeluaran yang mendekati (jika tidak melewati) batas pos
anggaran. Jujur saja, tahapan ini termasuk sulit dilakukan karena terkadang
kita lupa untuk mencatat pengeluaran di hari tersebut. Akibatnya, sering kali akhirnya
kita mengira-ngira untuk apa saja uang yang kita keluarkan di hari-hari yang
tidak tercatat tersebut. Untuk mengantisipasinya, kita dapat membuat alarm atau
pengingat, misalnya setiap jam 8 malam untuk mencatat pengeluaran kita seharian
tadi.
3. Tabungan dan Investasi
Tabungan
dan investasi berkaitan erat dengan perencanaan masa pensiun. Tabungan memang
memiliki tingkat pengembalian paling sedikit. Namun, tabungan bisa dikatakan minim
dari risiko. Uang yang kita tabung di bank dijamin oleh Lembaga Penjamin
Simpanan sampai dengan dua miliar rupiah. Tingkat pengembalian bunga yang
diberikan oleh bank bergantung pada suku bunga acuan yang ditetapkan oleh bank sentral, yaitu Bank Indonesia. Imbalan
bunga yang diberikan oleh bank umumnya ada di bawah suku bunga acuan yang
merupakan margin keuntungan bagi bank itu sendiri. Untuk mendapatkan bunga
maksimal, bank menawarkan fitur deposito di mana kita diwajibkan memarkir uang
dalam jumlah tertentu yang baru dapat diambil dalam jangka waktu tertentu pula.
Sementara,
investasi menawarkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari tabungan. Umumnya
terdapat tiga jenis profil risiko investor yang menentukan instrumen investasi
apa yang cocok untuknya. Investor dengan profil risiko rendah cenderung memilih
instrumen investasi yang tergolong aman, misalnya melalui pasar obligasi dan
pasar uang. Investor moderat cenderung mulai berani untuk terjun ke pasar saham.
Namun, saham yang dibeli biasanya terbatas untuk kategori saham-saham bluechip.
Investor dengan profil risiko tinggi menginginkan retur investasi yang tinggi
pula, tentunya dibarengi dengan risiko kerugian yang juga tinggi. Investor ini
lebih suka membeli saham yang nilainya fluktuatif untuk kepentingan trading
jangka pendek. Terdapat pula instrumen baru, yaitu peer topeer lending (P2PL). Dalam P2PL, investor meletakkan dananya melalui
platform untuk kemudian diteruskan kepada pihak yang membutuhkan pinjaman. Meskipun
menjanjikan tingkat pengembalian hingga 20% per tahun, perlu diingat bahwa
terdapat risiko berupa gagal bayar dari pihak penerima pinjaman. Semakin tinggi
risikonya, semakin tinggi pengembalian yang bisa kita peroleh (high risk
high return).
4. Asuransi dan Dana Darurat
Asuransi
secara sederhana dapat dijelaskan sebagai dana yang kita bayarkan secara rutin
demi suatu perlindungan tertentu. Misalnya, atas premi asuransi kesehatan yang
rutin kita bayar setiap bulan, kita berhak atas jaminan biaya yang ditanggung
oleh perusahaan asuransi mana kala kita jatuh sakit. Selain asuransi kesehatan,
terdapat pula bentuk asuransi lain seperti asuransi keselamatan kerja dan
asuransi jiwa. Apakah semua orang butuh asuransi? Tidak selalu. Menurut saya
pribadi, asuransi yang wajib dimiliki adalah asuransi kesehatan. Asuransi
keselamatan kerja bergantung pada tingkat risiko pekerjaan kita. Jika pekerjaan
kita sehari-hari hanya duduk di depan meja komputer, apa faedahnya kita membeli
polis asuransi keselamatan kerja? Asuransi jiwa sendiri belum wajib kita miliki
ketika kita belum memiliki tanggungan. Asuransi jiwa cocok untuk pekerja yang
keluarganya sangat bergantung pada penghasilan yang ia peroleh. Misalnya
pekerja yang sudah menikah dan memiliki dua anak. Ketika ia meninggal dunia, sang
istri masih bisa melanjutkan hidupnya sehari-hari dan menyekolahkan
anak-anaknya dengan uang imbalan asuransi jiwa tersebut.
Seperti
namanya, dana darurat berguna untuk keadaan-keadaan darurat di mana kita perlu
segera mengeluarkan uang. Dana darurat dapat digunakan untuk keperluan seperti biaya
hidup selama mencari pekerjaan baru (setelah PHK), biaya pengobatan, biaya
perbaikan rumah akibat musibah (banjir, kebakaran), biaya perawatan pasca
kecelakaan, serta kondisi darurat lainnya. Contoh lain dari penggunaan dana
darurat misalnya terdapat anggota keluarga non inti yang membutuhkan bantuan
pinjaman dana. Daripada kita mengorbankan uang di deposito maupun portofolio
investasi kita, lebih baik kita menggunakan pos dana darurat untuk keperluan
tersebut. Besaran dana darurat bervariasi tergantung jumlah tanggungan. Dilansir
dari laman Cermati,
besaran dana darurat untuk pekerja setidaknya dapat menutupi pengeluaran
bulanan mulai dari enam bulan hingga dua belas bulan ke depan.
5. Utang dan Kartu Kredit
Mendengar kata utang, biasanya orang-orang sudah langsung berpandangan sinis. Padahal, utang tidak selalu buruk, kok. Utang yang baik adalah utang yang digunakan untuk kebutuhan yang bersifat produktif. Utang sebaiknya sudah direncanakan dalam anggaran bulanan yang kita buat. Dengan perencanaan yang baik, kita bisa memperoleh pinjaman dengan bunga yang masih terjangkau. Penggunaan kartu kredit sendiri sebenarnya dapat mendukung kegiatan kita sehari-hari. Kuncinya adalah kita harus pintar-pintar memanfaatkan promo yang ditawarkan oleh penyedia jasa kartu kredit. Membeli handphone impian dengan fasilitas 0% installment bukan sesuatu yang buruk, kan? Transaksi menggunakan kartu kredit sendiri cenderung lebih mudah diterima untuk transaksi internasional. Yang penting, kita mampu membayar apa yang kita beli secara tepat waktu untuk menghindari risiko bunga berbunga.
6. Pelindungan Data Pribadi
Sering
kali kita abai untuk poin yang satu ini. Padahal, data pribadi merupakan hal
penting yang harus kita lindungi. Data pribadi yang berhubungan dengan
transaksi finansial meliputi nama lengkap kita, alamat, nomor telepon, nama
gadis ibu kandung, hingga nomor yang tertera di bagian depan dan belakang kartu
kredit/debit. Jangan sembarangan memberikan data-data tersebut kepada orang
asing. Data-data tersebut baru boleh kita berikan kepada petugas bank di kantor
bank itu sendiri maupun melalui call center resmi di mana percakapan
kita direkam dengan concern dari kedua belah pihak. Kewaspadaan juga
perlu ditingkatkan ketika bertransaksi secara daring. Pastikan tautan tersebut
resmi dan aman untuk menghindari risiko pencurian data dengan teknik phising.
Mengingat
kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya uang, penting kiranya untuk
memahami paling tidak literasi finansial dasar. Tidak perlu sekolah sebagai financial
planner untuk memahami literasi finansial dasar. Cukup banyak informasi
yang bisa kita dapatkan secara gratis di internet. Buku-buku mengenai konsep
literasi finansial juga tidak terlalu mahal. Yang penting adalah kemauan dari
kita untuk terus belajar. Investasi dan asuransi akan membawa manfaat jika kita
memahami ilmunya. Ilmu itu ibarat parasut yang digunakan dalam olahraga terjun
payung. Parasut tadi menjadi pengaman ketika kita menikmati keindahan dari
ketinggian. Tanpa parasut tentu saja bencana yang akan menanti kita di bawah
sana.
Saat
ini terdapat banyak layanan jasa pengelola keuangan untuk personal. Apakah kita
membutuhkannya? Tergantung. Jika dana kelolaan kita besar dan kita kewalahan
untuk mengurusnya sendiri, tentu lebih baik jika kita melimpahkannya kepada
yang lebih ahli. Jika dana kita tak seberapa, jangan sampai honor yang kita
bayarkan tidak sebanding dengan imbal hasil yang akan kita peroleh. Meskipun
demikian, literasi finansial dasar tetap wajib dimiliki oleh orang yang akan
menggunakan jasa pengelola keuangan. Dengan literasi finansial yang cukup, kita
dapat memiliki pemahaman yang lebih baik sebelum menandatangani kontrak dengan pihak
pengelola keuangan. Sedih, kan, kalau nanti malah kita tertipu oleh pihak yang seharusnya
membantu kita? Silakan bagikan tanggapan kalian di kolom komentar di bawah, ya!
Cheers!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar