Literasi Finansial, Biar Ga Sial! - Nara Killjoy

Nara Killjoy

Make Some Noises.

Minggu, 23 Agustus 2020

Literasi Finansial, Biar Ga Sial!



Rendahnya literasi finansial masyarakat Indonesia rupanya berbanding lurus dengan bobroknya budaya literasi baca kita. Pada tahun 2016, Indonesia menempati urutan 2 terbawah dari 61 negara berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) dengan tajuk The World’s Most Literate Nations. Literasi finansial masyarakat Indonesia sendiri ada di angka 38.03% berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada bulan November tahun lalu. Meskipun masih terbilang bobrok, terdapat peningkatan sebesar 8.33% jika dibanding survei yang sama pada tahun 2016.


Literasi tidak lagi diartikan sekadar kegiatan baca tulis. Kini, literasi memiliki makna yang lebih luas dan mencakup pemahaman yang baik terhadap berbagai aspek kehidupan. UNESCO mengartikan literasi sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, mengkomunikasikan, dan menghitung, menggunakan materi cetak dan tertulis yang terkait dengan berbagai konteks. Literasi melibatkan kontinum pembelajaran dalam memungkinkan individu mencapai tujuan mereka, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi mereka, dan untuk berpartisipasi penuh dalam komunitas mereka dan masyarakat luas. 


Kemendikbud mendefinisikan literasi finansial sebagai pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat. Sementara menurut laman Investopedia, literasi finansial merupakan kemampuan untuk memahami dan secara efektif menerapkan berbagai keterampilan keuangan, termasuk manajemen keuangan pribadi, penganggaran, dan investasi. Literasi keuangan membantu individu menjadi mandiri sehingga dapat mencapai stabilitas keuangan. Singkatnya, literasi finansial merupakan keterampilan yang mencegah seseorang untuk membuat keputusan bodoh dengan uang mereka.


Literasi finansial tidak sekonyong-konyong otomatis membuat kita kaya raya. Literasi keuangan sesederhana bagaimana kita dapat bijak dalam mengatur keuangan yang kita miliki. Pun kita tidak harus terlebih dahulu memiliki banyak uang untuk memulai literasi keuangan. Cukup banyak sumber-sumber literasi keuangan gratis yang dibagikan oleh berbagai macam instansi baik pemerintah melalui OJK dan kementerian/lembaga hingga perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa keuangan. Dengan memiliki literasi finansial dasar, kita paling tidak dapat terhindar dari yang namanya penipuan ataupun investasi bodong.


Literasi finansial membantu individu mampu memenuhi kebutuhannya sehingga dapat mencapai stabilitas keuangan. Perencanaan keuangan yang efektif, mengelola utang dengan benar, menghitung bunga (interest) dengan akurat, dan memahami nilai waktu dari uang (time value of money) adalah karakteristik dari literasi finansial. Prinsip utama literasi finansial termasuk mengenai bagaimana membuat anggaran, melacak pengeluaran, melunasi utang secara efektif, dan merencanakan masa pensiun dengan benar. Ketiadaan literasi finansial berkontribusi pada kasus di mana seseorang dapat membuat keputusan keuangan yang buruk hingga menjadi korban dari praktik keuangan yang curang. Berikut adalah beberapa konsep literasi finansial yang dapat diaplikasikan.

Enam konsep literasi keuangan dasar yang dapat diterapkan


1. Membuat Anggaran

Bagi sebagian orang, melakukan suatu aktivitas di luar rencana atau itinerary terkesan lebih menarik dan menantang. Namun, dalam kaitannya dengan keuangan hal seperti itu sebaiknya dihindari. Membuat rencana keuangan, yang berikutnya akan kita sebut sebagai anggaran merupakan hal yang wajib dilakukan untuk mengontrol masuk dan keluarnya uang kita. Dengan anggaran, kita dapat mengalokasikan penghasilan kita untuk pos-pos prioritas seperti makan sehari-hari, transportasi, listrik dan pulsa, asuransi, hingga pembayaran cicilan utang. Apabila pos-pos prioritas tadi sudah terpenuhi, sisa pendapatan dapat kita alokasikan untuk kebutuhan tabungan dan investasi serta keinginan tersier.


Jika kita melihat secara makro melalui sebuah negara, Indonesia juga membuat anggaran yang dikenal dengan istilah AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN ini dibuat setiap tahun untuk kegiatan di tahun berikutnya. Secara garis besar, APBN berisi rencana besaran pendapatan yang akan negara dapatkan dan belanja-belanja yang akan dilakukan dengan uang pendapatan tadi. Untuk keperluan pribadi, anggaran sebaiknya dibuat setiap bulan untuk keperluan bulan berikutnya. Dengan anggaran, kita dapat mengontrol ke mana saja peruntukan atas setiap penghasilan kita.

2. Membuat Catatan atas Pemasukan dan Pengeluaran
Langkah berikutnya setelah membuat anggaran adalah dengan membuat catatan rutin atas setiap uang yang masuk dan keluar. Akan lebih baik jika catatan tersebut dihubungkan dengan anggaran yang telah dibuat untuk mengetahui apakah terdapat pengeluaran-pengeluaran yang mendekati (jika tidak melewati) batas pos anggaran. Jujur saja, tahapan ini termasuk sulit dilakukan karena terkadang kita lupa untuk mencatat pengeluaran di hari tersebut. Akibatnya, sering kali akhirnya kita mengira-ngira untuk apa saja uang yang kita keluarkan di hari-hari yang tidak tercatat tersebut. Untuk mengantisipasinya, kita dapat membuat alarm atau pengingat, misalnya setiap jam 8 malam untuk mencatat pengeluaran kita seharian tadi.

3. Tabungan dan Investasi
Tabungan dan investasi berkaitan erat dengan perencanaan masa pensiun. Tabungan memang memiliki tingkat pengembalian paling sedikit. Namun, tabungan bisa dikatakan minim dari risiko. Uang yang kita tabung di bank dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan sampai dengan dua miliar rupiah. Tingkat pengembalian bunga yang diberikan oleh bank bergantung pada suku bunga acuan yang ditetapkan oleh bank sentral, yaitu Bank Indonesia. Imbalan bunga yang diberikan oleh bank umumnya ada di bawah suku bunga acuan yang merupakan margin keuntungan bagi bank itu sendiri. Untuk mendapatkan bunga maksimal, bank menawarkan fitur deposito di mana kita diwajibkan memarkir uang dalam jumlah tertentu yang baru dapat diambil dalam jangka waktu tertentu pula.

Sementara, investasi menawarkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari tabungan. Umumnya terdapat tiga jenis profil risiko investor yang menentukan instrumen investasi apa yang cocok untuknya. Investor dengan profil risiko rendah cenderung memilih instrumen investasi yang tergolong aman, misalnya melalui pasar obligasi dan pasar uang. Investor moderat cenderung mulai berani untuk terjun ke pasar saham. Namun, saham yang dibeli biasanya terbatas untuk kategori saham-saham bluechip. Investor dengan profil risiko tinggi menginginkan retur investasi yang tinggi pula, tentunya dibarengi dengan risiko kerugian yang juga tinggi. Investor ini lebih suka membeli saham yang nilainya fluktuatif untuk kepentingan trading jangka pendek. Terdapat pula instrumen baru, yaitu peer topeer lending (P2PL). Dalam P2PL, investor meletakkan dananya melalui platform untuk kemudian diteruskan kepada pihak yang membutuhkan pinjaman. Meskipun menjanjikan tingkat pengembalian hingga 20% per tahun, perlu diingat bahwa terdapat risiko berupa gagal bayar dari pihak penerima pinjaman. Semakin tinggi risikonya, semakin tinggi pengembalian yang bisa kita peroleh (high risk high return).

4. Asuransi dan Dana Darurat
Asuransi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai dana yang kita bayarkan secara rutin demi suatu perlindungan tertentu. Misalnya, atas premi asuransi kesehatan yang rutin kita bayar setiap bulan, kita berhak atas jaminan biaya yang ditanggung oleh perusahaan asuransi mana kala kita jatuh sakit. Selain asuransi kesehatan, terdapat pula bentuk asuransi lain seperti asuransi keselamatan kerja dan asuransi jiwa. Apakah semua orang butuh asuransi? Tidak selalu. Menurut saya pribadi, asuransi yang wajib dimiliki adalah asuransi kesehatan. Asuransi keselamatan kerja bergantung pada tingkat risiko pekerjaan kita. Jika pekerjaan kita sehari-hari hanya duduk di depan meja komputer, apa faedahnya kita membeli polis asuransi keselamatan kerja? Asuransi jiwa sendiri belum wajib kita miliki ketika kita belum memiliki tanggungan. Asuransi jiwa cocok untuk pekerja yang keluarganya sangat bergantung pada penghasilan yang ia peroleh. Misalnya pekerja yang sudah menikah dan memiliki dua anak. Ketika ia meninggal dunia, sang istri masih bisa melanjutkan hidupnya sehari-hari dan menyekolahkan anak-anaknya dengan uang imbalan asuransi jiwa tersebut.

Seperti namanya, dana darurat berguna untuk keadaan-keadaan darurat di mana kita perlu segera mengeluarkan uang. Dana darurat dapat digunakan untuk keperluan seperti biaya hidup selama mencari pekerjaan baru (setelah PHK), biaya pengobatan, biaya perbaikan rumah akibat musibah (banjir, kebakaran), biaya perawatan pasca kecelakaan, serta kondisi darurat lainnya. Contoh lain dari penggunaan dana darurat misalnya terdapat anggota keluarga non inti yang membutuhkan bantuan pinjaman dana. Daripada kita mengorbankan uang di deposito maupun portofolio investasi kita, lebih baik kita menggunakan pos dana darurat untuk keperluan tersebut. Besaran dana darurat bervariasi tergantung jumlah tanggungan. Dilansir dari laman Cermati, besaran dana darurat untuk pekerja setidaknya dapat menutupi pengeluaran bulanan mulai dari enam bulan hingga dua belas bulan ke depan.

5. Utang dan Kartu Kredit
Mendengar kata utang, biasanya orang-orang sudah langsung berpandangan sinis. Padahal, utang tidak selalu buruk, kok. Utang yang baik adalah utang yang digunakan untuk kebutuhan yang bersifat produktif. Utang sebaiknya sudah direncanakan dalam anggaran bulanan yang kita buat. Dengan perencanaan yang baik, kita bisa memperoleh pinjaman dengan bunga yang masih terjangkau. Penggunaan kartu kredit sendiri sebenarnya dapat mendukung kegiatan kita sehari-hari. Kuncinya adalah kita harus pintar-pintar memanfaatkan promo yang ditawarkan oleh penyedia jasa kartu kredit. Membeli handphone impian dengan fasilitas 0% installment bukan sesuatu yang buruk, kan? Transaksi menggunakan kartu kredit sendiri cenderung lebih mudah diterima untuk transaksi internasional. Yang penting, kita mampu membayar apa yang kita beli secara tepat waktu untuk menghindari risiko bunga berbunga.

6. Pelindungan Data Pribadi
Sering kali kita abai untuk poin yang satu ini. Padahal, data pribadi merupakan hal penting yang harus kita lindungi. Data pribadi yang berhubungan dengan transaksi finansial meliputi nama lengkap kita, alamat, nomor telepon, nama gadis ibu kandung, hingga nomor yang tertera di bagian depan dan belakang kartu kredit/debit. Jangan sembarangan memberikan data-data tersebut kepada orang asing. Data-data tersebut baru boleh kita berikan kepada petugas bank di kantor bank itu sendiri maupun melalui call center resmi di mana percakapan kita direkam dengan concern dari kedua belah pihak. Kewaspadaan juga perlu ditingkatkan ketika bertransaksi secara daring. Pastikan tautan tersebut resmi dan aman untuk menghindari risiko pencurian data dengan teknik phising.

Mengingat kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya uang, penting kiranya untuk memahami paling tidak literasi finansial dasar. Tidak perlu sekolah sebagai financial planner untuk memahami literasi finansial dasar. Cukup banyak informasi yang bisa kita dapatkan secara gratis di internet. Buku-buku mengenai konsep literasi finansial juga tidak terlalu mahal. Yang penting adalah kemauan dari kita untuk terus belajar. Investasi dan asuransi akan membawa manfaat jika kita memahami ilmunya. Ilmu itu ibarat parasut yang digunakan dalam olahraga terjun payung. Parasut tadi menjadi pengaman ketika kita menikmati keindahan dari ketinggian. Tanpa parasut tentu saja bencana yang akan menanti kita di bawah sana.

Saat ini terdapat banyak layanan jasa pengelola keuangan untuk personal. Apakah kita membutuhkannya? Tergantung. Jika dana kelolaan kita besar dan kita kewalahan untuk mengurusnya sendiri, tentu lebih baik jika kita melimpahkannya kepada yang lebih ahli. Jika dana kita tak seberapa, jangan sampai honor yang kita bayarkan tidak sebanding dengan imbal hasil yang akan kita peroleh. Meskipun demikian, literasi finansial dasar tetap wajib dimiliki oleh orang yang akan menggunakan jasa pengelola keuangan. Dengan literasi finansial yang cukup, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih baik sebelum menandatangani kontrak dengan pihak pengelola keuangan. Sedih, kan, kalau nanti malah kita tertipu oleh pihak yang seharusnya membantu kita? Silakan bagikan tanggapan kalian di kolom komentar di bawah, ya!
Cheers!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar