Bicara soal evolusi, terdapat dua teori yang terkenal. Teori evolusi pertama dikemukakan oleh Jean-Baptiste de Lamarck. Lamarck berpendapat bahwa evolusi terjadi karena adanya adaptasi. Mengambil jerapah sebagai contoh, Lamarck mengatakan bahwa dahulu jerapah memiliki leher yang pendek. Leher jerapah lama kelamaan memanjang dikarenakan makanan mereka terletak di pucuk dedaunan yang tinggi. Leher pendek mereka dimaksimalkan untuk mencapai puncak pohon hingga akhirnya merenggang menjadi semakin panjang. Gen leher panjang tersebut kemudian diwariskan ke keturunannya sehingga saat ini jerapah memiliki leher yang panjang.
Teori kedua disampaikan oleh Charles Darwin. Evolusi terjadi melalui
seleksi alam, katanya. Dengan contoh yang sama, Darwin mengatakan bahwa pada
awalnya terdapat dua jenis jerapah, berleher pendek dan berleher panjang. Kedua
jerapah ini kemudian berkompetisi dalam mencari makanan. Ketika pucuk daun di
bawah habis, jerapah berleher pendek kemudian akan tereliminasi karena tidak
dapat meraih daun di bagian atas pepohonan. Jerapah berleher panjang yang ada saat
ini merupakan mereka yang lolos dari seleksi alam.
Teori evolusi menurut Lamarck dan Darwin |
Dalam dunia smartphone, kedua
teori evolusi tadi berlaku. Rasanya hampir tidak mungkin jika saat ini para pabrikan
smartphone tidak melakukan adaptasi
terhadap pasar. Nokia merupakan contoh buruk yang tentunya ingin dihindari oleh
para pabrikan. Belasan tahun yang lalu ketika masih jaya, Nokia menolak
menggunakan sistem operasi buatan Google, Android. Nokia sangat pede dengan Symbian. Akibatnya? Nama
mereka semakin tergerus oleh merek-merek lain yang memilih menggunakan Android
sebagai OS-nya. Sebut saja Samsung, Sony, dan HTC. Pada tahun 2013, Nokia
menyerah dan merelakan dirinya diakuisisi oleh
Microsoft.
Nokia adalah masa lalu. Walaupun mencoba untuk comeback, rasanya akan sulit bagi Nokia untuk
kembali ke masa jayanya. Merek Nokia memang besar pada masa jayanya. Namun,
bagi para milenials, nama Nokia tidak
ada apa-apanya dibandingkan dengan Samsung, bahkan Blackberry. Menjadi wajar
kiranya jika banyak yang menduga bahwa Nokia
akan berakhir sama seperti Blackberry. Gagal, bahkan setelah mereka
berupaya keras untuk mengikuti permintaan pasar. Nokia dan Blackberry merupakan
contoh, bahwa walaupun mereka telah berupaya keras untuk beradaptasi terhadap
pasar, keduanya tetap harus tersingkir karena seleksi alam.
Saat ini, tiga besar pasar smartphone
diperebutkan oleh Samsung, Apple, dan Huawei. Xiaomi, Oppo, dan Vivo kompak di
urutan berikutnya dengan porsi pangsa yang serupa. Inovasi demi inovasi terus dilakukan
untuk merebut hati pengguna. Sebut saja sensor sidik jari dalam layar (optical/ultrasonic), lensa kamera belakang lebih dari tiga (telephoto
dan wide angle), hingga mekanisme
kamera depan untuk mendukung desain bezel-less (punch
hole, pop up, sliding). Namun demikian, tahun 2019 menjadi tahun di
mana penjualan smartphone untuk
mayoritas pabrikan melesu. Ya, pasar smartphone
sedang jenuh. Inovasi-inovasi yang ditawarkan dirasa belum cukup mampu
membangkitkan kembali gairah pasar.
Pangsa pasar smartphone global pada kuartal pertama YoY |
Meskipun demikian, terdapat anomali pada pabrikan Tiongkok, Huawei.
Dilansir dari Counterpoint
dan IDC,
Huawei mencatat kenaikan penjualan sebesar 50 persen pada kuartal pertama tahun
2019 YoY. Dengan kenaikan ini, Huawei berhasil merebut posisi kedua pangsa pasar
smartphone secara global. Apple harus
puas turun ke posisi ketiga setelah penjualan mereka turun sebesar 20 sampai 30
persen. Samsung sendiri masih kokoh di posisi pertama walaupun penjualan mereka
turun 8 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Kenaikan penjualan juga
dialami oleh Oppo dan Vivo. Vivo membukukan kenaikan penjualan sebesar 24
sampai 27 persen. Saudaranya, Oppo, mencatat kenaikan penjualan sebesar 10 persen
menurut Counterpoint, meskipun secara berlawanan IDC mencatat penjualan Oppo justru turun sebesar 6 persen.
Pertumbuhan penjualan smartphone pada kuartal pertama YoY |
Samsung seharusnya tidak boleh berpuas diri walaupun masih kokoh menduduki
posisi pertama penjualan smartphone kuartal
pertama dengan pangsa sebesar 21 persen. Kenaikan sebesar 6 persen –menjadi 17
persen bagi Huawei jelas merupakan suatu pencapaian, di mana mereka kini membuntuti Samsung dengan selisih penjualan hanya 4
persen atau sekitar 12 juta unit. Terlebih, Huawei berhasil mencatat kenaikan
penjualan walaupun mereka tidak menjual produknya (secara resmi) di Amerika Serikat terkait
isu keamanan. Pemerintah Amerika Serikat menduga Huawei bekerja
sama dengan pemerintah Tiongkok untuk menanamkan perangkat mata-mata dalam
teknologi 5G mereka. Nama Huawei sendiri belum terlalu populer di Indonesia
jika dibandingkan dengan Samsung. Bahkan di sini Huawei masih kalah pamor jika
dibandingkan dengan Xiaomi, Oppo, dan Vivo.
Huawei pertama kali meluncurkan smartphone
Android pada tahun 2009. Pada tahun 2012, Huawei memperkenalkan seri Ascend
sebagai smartphone flagship andalan mereka. Seri Ascend
kemudian dihentikan pada tahun 2015 dan seri P diperkenalkan sebagai penerusnya. Pada
tahun yang sama, Huawei bekerja sama dengan Google untuk mengembangkan smartphone Google Nexus 6P. Saat ini hanya
terdapat dua varian seri smartphone Huawei,
yaitu seri P dan seri Mate. Huawei sendiri semakin menunjukkan tajinya setelah tahun kemarin meluncurkan P20 Pro, smartphone
pertama yang menggunakan tiga kamera belakang. Nama Huawei semakin mentereng dengan
hadirnya Mate 20 Pro. Walaupun sama-sama mengusung setup tiga kamera, lensa Mate
20 Pro dirasa lebih berguna karena Huawei akhirnya mengganti lensa black and white-nya dengan lensa ultra-wide angle.
Huawei Mate 20 Pro |
Pada ajang MWC 2019, Huawei Mate 20 Pro berhasil meraih
penghargaan Best Smartphone Award
mengalahkan Apple, Google, Samsung, dan merek lainnya. Harus diakui bahwa
Huawei Mate 20 Pro merupakan contoh nyata dari smartphone yang sempurna. Dibekali layar AMOLED QHD dan kamera yang
menawan, Huawei juga tidak pelit dari segi sumber daya dengan membenamkan baterai berkapasitas 4200
mAh yang bisa tahan digunakan seharian. Fitur flagship seperti IP68 rating
dan stereo speakers juga tidak absen dari Mate 20 Pro. Yang menarik perhatian
adalah digunakannya sensor sidik jari dalam layar (optical) dan pemindai wajah
inframerah (ala Face ID) sebagai fitur keamanan dari smartphone ini. Selain itu, Mate 20 Pro juga menjadi smartphone pertama yang memiliki fitur reverse wireless charging, di mana
penggunanya dapat mengisi daya perangkat lain secara wireless. Huawei juga menjadi pabrikan pertama yang menggunakan chipset SoC berarsitektur 7nm, HiSilicon Kirin 980.
Huawei Mate 20 Pro meraih predikat smartphone terbaik pada MWC 2019 |
Tahun ini Huawei memperkenalkan penerus P20 Pro mereka, yaitu P30 Pro. Kali
ini Huawei menanamkan empat kamera pada bagian belakang smartphone mereka
dengan menambahkan satu kamera untuk mengatur depth-of-field.
Huawei juga mengganti lensa monokrom pada P20 Pro dengan lensa ultra-wide – seperti pada seri Mate 20 Pro. Yang menjadi perhatian adalah, kali ini Huawei
menggunakan mekanisme periskop pada lensa telephoto mereka. Lensa ini mampu
melakukan pembesaran optikal sebesar 5x (10x hybrid, 50x digital). Seperti pada seri Mate 20 Pro, terdapat
menu night mode yang membuat P30 Pro mampu
mengambil gambar dengan baik sekalipun dalam keadaan yang gelap (hasil foto dapat dilihat di laman The Verge). Fitur reverse
wireless charging juga tidak ketinggalan dalam seri P kali ini. Dengan harga
yang cukup bersaing dengan Galaxy S10 series, bukan tidak mungkin jika Huawei akan
semakin menunjukkan tajinya di pasar Indonesia.
Huawei P30 Pro dengan setup empat kamera belakang |
Huawei mungkin masih terdengar asing di telinga orang Indonesia. Isu
keamanan sendiri masih menjadi penghalang bagi mereka untuk memasarkan produknya
di Amerika Serikat dan Australia. Namun dengan evolusi yang dilakukan, baik dari
segi desain, hardware, dan fitur,
bukan tidak mungkin jika nanti Huawei akan menggeser Samsung sebagai raja
smartphone dunia. Apakah kalian tertarik untuk mencoba Huawei sebagai smartphone flagship kalian selanjutnya? Jika dompet kalian tidak tertarik
dengan flagship, kalian bisa mencoba
seri Honor yang merupakan subsidiary
Huawei untuk smartphone kelas
menengah. Bagi pendapat kalian di kolom komentar, ya.
Cheers!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar