MRT Jakarta Diresmikan, Mari Rawat dan Tertib - Nara Killjoy

Nara Killjoy

Make Some Noises.

Minggu, 24 Maret 2019

MRT Jakarta Diresmikan, Mari Rawat dan Tertib


Kemacetan bisa dibilang merupakan makanan sehari-hari bagi warga Jakarta dan kota-kota satelitnya. Peningkatan pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang tak sejalan dengan sarana jalan raya yang memadai dipercaya sebagai pemicu utama kongesti yang menyiksa ini. Bayangkan saja, saat jam sibuk di pagi dan sore hari, kendaraan bermotor di jalanan Jakarta bergerak dengan kecepatan rata-rata hanya di bawah 20km/jam. Presiden Jokowi sendiri menambahkan bahwa kerugian yang harus dirasakan setiap tahunnya dari kemacetan ini diperkirakan mencapai  Rp 65 Triliun.

Berbagai cara telah dilakukan untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Mulai dari kebijakan 3in 1, ganjil genap, hingga Electronic Road Pricing (ERP). Namun tentu saja, kebijakan-kebijakan tadi tidak akan berarti banyak jika sarana transportasi publik tidak memadai. Untuk sarana transportasi publik sendiri, saat ini Jakarta sudah memiliki Trans Jakarta dan KRL Commuter Line. Namun, kedua moda transportasi tersebut pun masih kelabakan dalam memenuhi kebutuhan komuter terutama saat jam-jam sibuk. Pembangunan MRT dan LRT pun direncanakan dan dikebut untuk menunjang transportasi publik yang nyaman di Jakarta.

Presiden Joko Widodo bersama Gubernur Jakarta Anies Baswedan
dalam Peresmian MRT Jakarta Fase I

Hari Minggu, 24 Maret 2019, bertempat di Bundaran Hotel Indonesia, MRT Jakarta akhirnya diresmikan oleh Presiden Jokowi. Uji coba MRT Jakarta sendiri sudah berlangsung sejak tanggal 12 Maret yang tiketnya bisa didapatkan melalui website e-commerce Bukalapak. Uji coba gratis ini masih akan terus berlangsung hingga 31 Maret nanti, sebelum beroperasi secara komersial pada tanggal 1 April 2019. Tarif MRT Jakarta untuk setiap 10km-nya diperkirakan ada di kisaran Rp 10.000 (akan diumumkan secara resmi tanggal 25 Maret 2019). Tarif tersebut sudah termasuk subsidi dari Pemprov DKI Jakarta, mengingat berdasarkan studi kelayakan, tarif MRT Jakarta seharusnya ada di kisaran Rp 32.000 untuk setiap 10km.

MRT Jakarta tahap I membentang sejauh 15,7km dan menghubungkan pusat perekonomian Jakarta di Sudirman  Thamrin hingga ke ujung selatan Jakarta. Kereta MRT tahap I akan melalui stasiun Bundaran HI – Dukuh Atas – Setia Budi – Benhil – Istora – Senayan – Sisingamangaraja – Blok M – Blok A – Haji Nawi – Cipete Raya – Fatmawati – Lebak Bulus. Sedangkan untuk MRT Jakarta tahap II yang pembangunannya juga dicanangkan hari ini akan melintasi stasiun Sarinah – Monas – Harmoni – Sawah Besar – Mangga Besar – Glodok – Kota – Kampung Bandan, dengan total panjang lintasan sejauh 7,8km. Pembangunan MRT Jakarta tahap II diperkirakan selesai sekitar tahun 2024. Keberadaan MRT ini sendiri diharapkan mampu mengurangi kemacetan yang biasa terlihat di sekitar jalan yang dilalui kereta tersebut.
Rute yang dilalui MRT Jakarta Tahap I dan Tahap II

Pembangunan MRT tidak bisa dikatakan hanya dilakukan sekejap mata. Wacana pembangunannya sendiri sudah dibicarakan sejak tahun 1985 oleh B. J. Habibie saat beliau menjabat sebagai Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Studi-studi kemudian mulai dilakukan pada saat Sutiyoso menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Penggantinya, Fauzi Bowo menetapkan rancangan pembangunan jalur MRT sejauh 15,7km dari Bundaran HI hingga Lebak Bulus. Eksekusi pembangunan dengan peletakan batu pertama (groundbreaking) kemudian dilakukan saat Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Hingga akhirnya MRT kini siap digunakan secara komersial pada saat pemerintahan Anies Baswedan di Jakarta.

Asal-usul nama Ratangga

Dalam kesempatan peresmian MRT Jakarta tahap I, Jokowi berpesan agar masyarakat dapat merawat fasilitas publik ini dengan tidak membuang sampah sembarangan. Baik di dalam Ratangga (nama dari kereta MRT), maupun di area stasiun-stasiun MRT. Presiden juga berpesan agar masyarakat dapat lebih tertib dalam antre dan tidak berdesak-desakan. Semoga dengan adanya MRT Jakarta, masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta dapat semakin menerapkan budaya bersih dan antre untuk Indonesia yang lebih maju dan beradab. Kalian siap? Mari rawat dan tertib, dalam menggunakan Moda Raya Terpadu kita.
Cheers!


1 komentar: