Buruk Kualitas Udaranya, Hiruk Warganya - Nara Killjoy

Nara Killjoy

Make Some Noises.

Rabu, 31 Juli 2019

Buruk Kualitas Udaranya, Hiruk Warganya

Akhir-akhir ini Jakarta kembali menjadi sorotan. Situs layanan pemetaan polusi udara asal Swiss, AirVisual menempatkan Jakarta sebagai runner up kota dengan tingkat polusi terburuk. Di situs tersebut, secara konsisten Jakarta selalu memperoleh penilaian kualitas udara dengan kategori Unhealthy/tidak sehat. Dalam kategori ini, aktivitas di luar ruangan sangat dianjurkan untuk dihindari serta pemakaian masker dan alat pemurnian udara sangat diwajibkan. Hal ini tentunya menimbulkan keresahan bagi warga serta komuter yang ada di Jakarta. Berdasarkan pengamatan lebih lanjut, peringkat kualitas udara yang terdapat di halaman utama situs AirVisual, selain mengurutkan berdasarkan tingkat polusi terburuk, juga memperhatikan popularitas kota. Jadi, walaupun situs tersebut menampilkan Jakarta sebagai runner up kota dengan polusi udara terburuk, sebenarnya masih ada kota di Indonesia yang kualitas udaranya lebih buruk lagi. Sebut saja Bekasi, Cikarang, Tangerang, hingga Tangerang Selatan. Bahkan Bekasi beberapa kali mendapatkan penilaian Very Unhealthy/sangat tidak sehat untuk kualitas udaranya.

Sebelum lanjut, ada baiknya kita berkenalan terlebih dahulu dengan AQI atau Air Quality Index. AQI merupakan suatu sistem yang mentranslasikan pengukuran polutan-polutan di udara yang tergolong rumit menjadi ukuran skala yang lebih mudah dimengerti. Indeks AQI berskala antara angka 0 sampai dengan 500, di mana semakin tinggi angka indeks menandakan semakin tinggi pula level polutan di udara, yang menggambarkan buruknya kualitas udara di suatu lokasi. Sebagai rujukan, udara dengan indeks 0-50 dikategorikan sebagai “Good”, 51-100 dikategorikan “Moderate”, 100-150 dikategorikan “Unhealthy for Sensitive Groups”, 151-200 dikategorikan “Unhealthy”, 201-300 dikategorikan “Very Unhealthy”, dan indeks 301-500+ dikategorikan “Hazardous” (penjelasan lebih detail mengenai indeks dapat dibaca di sini).
Kategori kualitas udara berdasarkan AQI
Buruknya kualitas udara Jakarta diamini oleh warga Twitter yang ramai-ramai membagi foto polusi udara dengan menggunakan hashtag #SetorFotoPolusi. Dari foto-foto yang dibagikan, secara kasat mata pun terlihat jelas bagaimana langit Jakarta berwarna keabu-abuan, bahkan saat masih pagi hari sekalipun, tanda polusi sudah memenuhi udara sekitar. Mirisnya, masih banyak orang yang tak acuh dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Sebagian besar masyarakat tetap beraktivitas di luar ruangan secara normal, meskipun menurut indeks AQI, aktivitas luar ruangan harus dihindari. Sektor transportasi darat dipercaya sebagai biang keladi penyumbang terbesar bagi polusi udara di Jakarta, disusul oleh industri, dan debu yang merupakan eksternalitas negatif dari maraknya pembangunan infrastruktur.

Beberapa sampel #SetorFotoPolusi di Twitter
Walaupun bisa dikatakan bahwa polusi udara yang terhirup tidak langsung menimbulkan dampak secara instan, dalam jangka panjang polutan-polutan tadi dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit bagi penghirupnya. Dikutip dari dr. Irandi Putra Pratomo, Ph.D., Sp.P., FAPSR. (@dokterparu), dokter spesialis paru pada Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), polutan-polutan yang terhirup dapat mengganggu proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida, juga mengakibatkan akumulasi zat-zat berbahaya di dalam tubuh. Tubuh kemudian beradaptasi melalui rasa sesak, batuk, nyeri dada, sakit kepala, mual, muntah, pingsan, koma, hingga meninggal dunia.

Lebih lanjut dr. Irandi menambahkan, sistem dan organ tubuh yang terdampak oleh polusi udara tidak hanya terbatas paru-paru dan pernapasan, tetapi juga mata, otak dan syaraf, jantung, sistem darah dan imunitas, sistem otot dan alat gerak, kulit, mulut dan pencernaan, organ reproduksi, dan sebagainya. Dampak polusi tadi tidak hanya terjadi secara mendadak (akut), tetapi juga bisa terjadi bertahun-tahun kemudian (kronik). Sehingga menjadi tidak mengherankan jika penyakit jantung koroner, stroke, kanker paru, kanker darah, kanker kulit, dan kemandulan semakin sering dijumpai di Indonesia, mengingat polusi udara masih belum dapat disingkirkan.

Penggunaan alat pelindung diri (APD) berupa masker sudah harus menjadi kesadaran bagi masing-masing orang. Sayangnya, masker yang umumnya kita kenakan, yang jamak kita beli di apotek maupun convenience store, tidak cukup ampuh untuk melindungi kita dari bahaya laten buruknya kualitas udara Jakarta. Walaupun mampu menyaring partikel mikroorganisme berukuran kecil, masker ini umumnya memiliki daya lindung yang rendah sehingga tidak mampu menyaring partikel kimia, gas, dan uap. Area sekitar hidung dan mulut juga umumnya masih terdapat celah yang mengakibatkan debu masih bisa terhirup oleh penggunanya. Oleh sebab itu, sudah semestinya kita yang sering melakukan aktivitas di luar ruangan untuk mulai sadar mengenakan masker yang memang dikhususkan menghalau polusi udara.

Terdapat beberapa jenis masker yang dikhususkan untuk menghalau polusi udara. Masker-masker tersebut diberi nama dengan kode huruf dan angka. Kode huruf N menandakan masker tersebut tidak resisten terhadap minyak (not oil resistant), kode huruf R menandakan masker tersebut resisten terhadap minyak (resistant to oil), dan kode huruf P menandakan masker tersebut tahan terhadap minyak (oil proof). Sedangkan untuk kode angka, angka 95 menandakan masker tersebut mampu menangkal 95% partikel dengan ukuran diameter paling kecil 0.3 mikron, angka 99 menandakan masker mampu menangkal hingga 99%, dan angka 100 menandakan masker mampu menangkal hingga maksimal 99.97% partikel tadi. Jadi, jika kalian membeli masker jenis N95, artinya kalian membeli masker yang mampu menangkal 95% partikel dengan ukuran diameter 0.3 mikron namun tidak resisten terhadap minyak. Tentunya, semakin tahan terhadap minyak dan semakin tinggi angka pada masker, semakin mahal pula harga masker tersebut.
Jenis-jenis masker berdasarkan kode
Di samping kode huruf dan angka di atas, terdapat pula tambahan kode C dan V pada masker. Huruf C menandakan masker tersebut dilengkapi dengan filter karbon aktif. Filter karbon aktif dapat menghalau bau menyengat, ozon, dan sulfur dioksida. Huruf V menandakan masker tersebut dilengkapi dengan valve untuk jalan udara keluar. Valve tersebut berfungsi untuk mencegah timbulnya kabut dan penumpukan cairan dalam masker yang nantinya dapat mengganggu jalannya napas. Selain memperhatikan kode-kode tadi, kita juga sebaiknya memperhatikan ukuran masker yang akan dipakai. Masker yang terlalu sempit akan menyebabkan rasa kurang nyaman, sedangkan masker yang terlalu longgar akan membuat polutan-polutan terhirup masuk melalui celah antara masker dengan kulit pengguna.
Demi perlindungan maksimal
Sudah semestinya kita membangun kesadaran terhadap buruknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya. Menggunakan masker biasa mungkin lebih banyak dipilih karena lebih mudah didapatkan dan murah meriah. Namun, sebaiknya kita juga berpikir untuk jangka waktu panjang. Anggap saja masker dengan harga lebih mahal tadi sebagai investasi bagi kesehatan dan kesejahteraan kita. Selain itu, kesadaran untuk menggunakan transportasi publik juga harus lebih digalakkan lagi. Percuma saja kalau kita koar-koar menuntut solusi dari pemerintah jika kita sendiri menjadi salah satu penyumbang buruknya kualitas udara.

Dalam jangka pendek, pemerintah setempat bisa melakukan peoses pembuatan hujan buatan guna menurunkan kadar polusi di udara. Kemudian dalam jangka panjang, diharapkan juga kesediaan pemerintah setempat untuk menyiapkan sarana transportasi publik yang lebih ramah terhadap lingkungan, seperti armada bus TransJakarta berbahan bakar listrik yang baru-baru ini dipamerkan. Maraknya kendaraan berbahan bakar listrik yang rendah emisi akan menurunkan kadar polutan di udara yang sebagian besar bersumber dari sisa pembakaran bahan bakar fosil. Tapi, kalau pembangkit listriknya masih menggunakan batu bara sih sama saja bohong, ya. Bagi pendapat kalian di kolom komentar, ya!
Cheers!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar